Panton Banjar

Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Banjarmasin yang ke 491, mari kita bersyair.

Adapun di Muhara Banjar itu
Tinggallah Patih Masih nama Tuanku
Patih Melayu sudahlah tentu
Mencari Raja belum bertemu

Patih Masih kepala para Patih
Seorang patih yang paling sugih
Selalu berkumpul baampat Patih
Membangun bandar itu di pilih

Patih Kuin, Patih Muhur, Patih Balit dan Balitung
Semua serentak sangat mendukung
Mencari raja yang paling ulung
Membangun bandar pastilah untung

Patih Masih mendengar kabar
Di Negara Daha terjadi makar
Dengan segera pasukan disebar
Memakai perahu tiada sukar

Tersebut seorang pemuda tampan
Terdampar di Anjir sekitar Balandean
Ditemukan oleh pengawal dan pasukan
Kepada Patih Masih ia dilaporkan

Patih Masih segera bertindak
Itu sesuai  maksud kehendak
Ciri ditiring dari batis ke awak
Turunan raja sangatlah tampak

Pemuda itu memang Raga Samudera
Cucu tersayang Maharaja Sukarama
Sudah dipilih  Putera Mahkota
Membuat kisruh istana Daha

Raga Samudera ia bernama
Sangat tampan itu parasnya
Badannya tegap sangat gagahnya
Memancar aura seorang raja

Semua patih sudah sepakat
Raga Samudera pemuda  tepat
Inilah raja  sudah didapat
Sangat sesuai segala alamat

Raga Samudera dijadikan Raja
Di Muhara Kuin itu tempatnya
Rumah Patih Masih  istananya
Bergelar ia Pangeran Samudera

Pangeran Samudera menjadi Raja
Di Bandar Masih itu  pelabuhannya
Semua pedagang ikut mendukungnya
Termasuk Pangeran Sira Panji Kesuma

Pangeran Sira Panji Kesuma perwira
Seorang muslim amat bersahaja
Masih kerabat  Pangeran Samudera
Ayahnya itu pendiri Negara Daha

Bandar Masih bandarnya Patih Masih
Bandarnya ramai orangnya terpilih
Banyak pedagang dan saudagar sugih
Membongkar sauh sudah terlatih

Bandar Masih bertambah mashur
Dari utara sampai ujung timur
Wilayah kerajaan ditata diatur
Supaya rakyat merasa makmur

Tersebut kisah Raja Negara Daha
Pangeran Tumenggung ia bernama
Telah merampas takhta saudaranya
Tidak memiliki tuah dan kharisma

Mendengar Pangeran Samudera  Raja
Pangeran Tumenggung menjadi murka
Segera  pasukan ke medan laga
Berperang dengan anak kemenakannya

Pertempuran sungai segera terjadi
Antara Daha dan Bandar Masih pasti
Cukup banyak pasukan mati
Kedua belah pihak samalah rugi

Ini kisah pertempuran pertama
Antara Bandar Masih dengan Daha
Kedua pasukan seimbang sama
Tiada kalah dan menang pula

Patih Masih sangat gelisah
Kehidupan rakyat sama susah
Hasil  Daha di Banjar  susah
Hasil Banjar di  Daha  tiada mudah

Patih Masih mengatur siasat
Kepada Patih Muhur minta pendapat
Para patih mencapai kata sepakat
Utusan ke Demak harus berangkat

Utusan ke Demak membawa surat
Meminta bantuan Sultan berdaulat
Sultan Trenggana suka mufakat
Memberi bantuan meminta syarat

Syarat itu untuk Pangeran Samudera
Agar masuk Islam dengan seksama
Sultan Demak  memberikan pasukannya
Pangeran Samudera kadangnya jua

Pangeran Samudera Islamlah sudah
Mengucapkan dua kalimah syahadah
Kini ia laksana seorang khalifah
Sungguh besar hidayah Allah

Pangeran Samudera itu nama aslinya
Pangeran Suryanollah nama gelarnya
Pangeran Suriansyah gelarnya pula
Syekh Abdul Malik pemberi nama

Tersebut kisah pasukan bantuan
Dari Demak seribu pasukan
Dipimpin panglima Khatib Dayyan
Tiba di Banjar bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan bulan yang suci
Melakukan penyerangan sesudah Idulfitri
Pangeran Samudera sangat menghormati
Bulan puasa waktunya mengaji

Tibalah masa untuk bertempur
Pasukan Daha siap menggempur
Mereka sudah lama ukur mengukur
Kekuatan Banjar pastilah hancur

Pasukan Samudera diberangkatkan
Menuju tempat medan pertempuran
Dari Muara bahan di perbatasan
Di Siang Gantung arena peperangan

Berjenis jukung membawa pasukan
Di Siang Gantung saling berhadapan
Terompet perang lalu dibunyikan
Pertempuran tiada mungkin terelakkan

Lihatlah itu peperangan sungai
Tombak, parang dan pedang diungkai
Tak lupa busur panah juga dipakai
Pasukan bertumbangan ba-aduh akai

Pasukan Banjar dan Daha  berbunuhan
Sangatlah banyak memakan korban
Kedua  pihak sama dirugikan
Itulah akibat perang menyedihkan

Patih Arya Taranggana itu meminta
Pangeran Tumenggung bertarung kesatria
Beradu tanding dengan Pangeran Samudera
Supaya korban perang berkurang jua

Kedua Pangeran bersepakat sudah
Beradu tanding menang dan kalah
Hukum perang tak boleh menyerah
Karena ini sudah sesuai titah

Kedua Pangeran berhadap-hadapan
Antara mamarina dengan kemenakan
Pangeran Tumenggung berdiri dihaluan
Berdiri garang  naga runting di tangan

Pangeran Samudera membaca Bismillah
Menghadapi pamannya sangatlah tabah
Ia segera menghadap sembah
Itu mamarina laksana Abah

Pangeran Tumenggung maras kasihan
Melihat budi basa anak kemenakan
Mereka berdua  saling berpelukan
Hiba hati lalu bertangisan

Pangeran Tumenggung merasa hiba
Segera ia menyerahkan takhta
Pangeran Samudera diberi mahkota
Resmilah ia menjadi raja

Kesultanan Banjar resmi berdiri
Tahun seribu lima ratus dua enam Masehi
Para Patih dan menteri menjadi saksi
Kesultanan Islam sebagai panji-panji

Sultan Suriansyah membangun mesjid
Di Kuin itu tempat yang majid
Kumandang azan takbir dan tahmid
Tempat bersujud hamba yang abid

Khatib Dayyan  penasehat Sultan
Berdakwah damai tanpa paksaan
Selalu musyawarah membuat keputusan
Itulah adat istiadat Kesultanan

Komentar